Jinyologi atau ilmu seputar novel-novel
Jinyong, tokoh-tokohnya, alur cerita, tempat menarik dan serba jinyong
pokoknya. Istilah ini digunakan sekelompok cersilers ketika mereka
mengklasifikasikan sejumlah novel-novel. Banyak penggemar jinyong yang menyusun
berdasarkan beberapa kategori, misal tokoh -tokoh wanita cantik,
pendekar-pendekar, orang hebat, wanita menarik, dan sebagainya.
Novel jinyong bermuatan karya sejarah, kaya
dengan khazanah ilmu, kebudayaan Tiongkok pada umumnya dan sedikit Asia Timur.
Kreasi jinyong hebatnya memperhatikan banyak unsur sehingga tidak membosankan
layaknya menulis ulang sejarah ataupun malah mempermainkan sejarah seenaknya.
Jinyong amat memperhatikan logika pada setiap kejadian, berkreasi dengan
sejumlah tokoh fiktif yang justru menjembatani fakta sebagai pembungkus
novelnya. Hal ini seolah-olah ia telah menulis legenda, padahal legenda
merupakan cerita turun-temurun yang diyakini oleh suatu masyarakat, jadinya
bukan hasil karangan satu orang.
Dunia fakta dan fiksi bertemu dalam novel
Jinyong, saya akan ambil contoh, dalam cerita Pangeran Menjangan Wei Xiaubo (Wi
Siaupo) yang berteman dekat dengan Kaisar Konghi dari dinasti Qing (Manchu), ia
mendapatkan banyak anugerah-pangkat, bahkan diutus menjadi negosiator masalah
perbatasan kerajaan Qing dengan kekaisaran Russia, disaat itu Wei Xiaubo
diceritakan sebagai orang yang paling berpengaruh dalam hal itu-tentu saja
karena kedekatannya dengan kaisar- namun jangan lupa dalam perundingan dengan
Russia, masih ada pejabat dinasti Qing yang memangku jabatan formal (sekelas
menteri) dan ini merupakan tokoh nyata dalam sejarah. Jadi jika ia menulis Wei
Xiaubo beristri 6, 7 bahkan 9 hal ini masih dalam batas cerita fiksi yang
sah-sah saja, tapi jika ia menulis Wei Xiaubo memimpin perang dengan Russia,
nah ini kebablasan namanya. Dalam contoh lain seperti kasus kematian RajaMongko dalam Kembalinya Pendekar Rajawali, ia terkena sentilan bunga persik
dari Yang Guo (Yoko) yang mengejarnya dalam babak akhir peperangan di
Xiangyang, serupa dengan kisah nyata, Raja Mongko mangkat di Xiangyang hanya
saja tidak diketahui pasti apakah sebab kecelakaan atau dibunuh, apa ia
terantuk atau dilempar batu. Jinyong pastinya tahu betul pentingnya semua hal
ini.
Seringkali kita membaca sebuah novel baik
novel sejarah maupun mencuplik peristiwa kesejarahan, tapi ironisnya penulis
novel itu tidak mengingat betul nama-nama tempat maupun jarak, nama-nama tokoh
sejarah tidak jelas bahkan simpang siur dengan tokoh lain-Yang saya maksud
disini fakta-fakta sejarah umum bukan tafsiran sejarah yang bisa berbeda-
seseorang tidak mungkin memalsukan perang antara kedua negeri, bencana alam
yang menimpa ataupun penguasa yang berkuasa dalam sebuah wilayah tertentu
karena dengan demikian jelaslah sebuah novel yang menyimpang dari pakem ini
hanyalah memaksakan menulis sejarah padahal tidak ada sejarahnya dan untuk
semua itulah saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Jinyong. Salah satu
diantara sedikit penulis yang mampu meramu fakta dan fiksi dengan baik.
Sebagai catatan, yang saya apresiasikan
dari novel jinyong tidak termasuk pada adaptasinya baik film maupun serial Tv.
Adaptasi hanyalah sebuah upaya menafsirkan karya novel dan bukan ukuran untuk
menilai yang pas, bahkan dalam beberapa hal justru terjadi penyingkatan yang
mengurangi ‘greget’ roh khas dari Jinyong apalagi pengelaborasian yang tidak
perlu, di mana yang terakhir ini membuat
‘blur’ . Sekali lagi, sumber penilaian adalah karya Jinyong sendiri, yang
otentik bukan yang dinisbatkan kepadanya.
Dalam kaitan ini, mengapresiasikan
kegemaran saya, saya bermaksud menyusun daftar-daftar Jinyologi per-kategori :
1. Novel terbaik
2. 15 wanita tercantik
3. 15 pendekar terhebat
(tulisan ini akan terus di update)