Kodrat mengacu kepada realitas, struktur
realitas, hakekat realitas yang ada, segenap makhluk yang ada mempunyai
kodratnya masing-masing. Kegiatan dan pengembangan kodrat merupakan tujuan
masing-masing makhluk.
Pemikiran etika kodrat dikaitkan dengan
Thomas Aquinas (1225-1274) yang lahir di Roccasecca, Aquino, Kota kecil antara
Roma dan Napoli. Ia seorang imam Katolik dan biarawan penganut Ordo Domonikan,
Santo Domonikus yang mendapat pengajarannya di Napoli, kemudian ia juga belajar
ke Paris, Prancis hingga Koeln, Jerman. Aquinas berada pada periode kejayaan
Filsafat Teologi Skolastik[1]
yang menempatkannya sebagai salah satu pemikir Kristen terpenting, tentunya
disamping St Paul dan Agustinus.
Karya intelektual Aquinas sangat banyak, diantara
yang populer ialah “Summa Theologiae”,
“Summa Contra Gentilles”, dalam
karyanya “Summa Theologiae”, ia berusaha
menjelaskan dengan lengkap hubungan manusia dengan Tuhan hanya dengan
mengandalkan pada pemikiran filsafat tanpa bantuan “realistas” mistik atau
“iman tanpa dukungan”. Aquinas menerima filsafat Aristoteles yang tanpa dimensi
transenden, bersifat duniawi, analitis, inderawi, non metafisik, kemudian
dicernanya, ditafsirkan dan dijelaskan sedemikian rupa sehingga tidak lagi
terjadi konflik apalagi ancaman terhadap dogma-dogma Kristen. Ringkasnya dapat
dikatakan bahwa Thomas Aquinas melakukan “Kristenisasi Arostotelian”
Dalam bidang etikanya, Aquinas yakin bahwa
tujuan manusia adalah kebahagiaan (virtue), jika kebahagiaan menurut
Aristoteles adalah renungan filsuf, maka Aquinas merumuskannya sebagai
kontemplasi, kebahagiaan dalam memandang yang ilahi, nilai tertinggi yaitu
Tuhan. Kontemplasi Aquinas tidak hanya mengarah kepada paham ‘euzen ‘ atau hidup yang baik tetapi
tujuan yang terarah kepada Tuhan sebagai kepuasan tertinggi. Jadi dimaksudkan
bahwa manusia baru mencapai tujuan hidupnya sesudah hidup ini.
Manusia dalam hal ini dibedakan dengan
makhluk lainnya, karena mempunyai akal budi. Sehingga kehendak manusia dapat
dibedakan menjadi aktivitas gerak, pertumbuhan , bernafas dan segala hal yang
murni tanpa disengaja, dlsb, dimana hal yang ini terkait dengan determinan manusia
sebagai makhluk hidup. Selain itu manusia memilki kehendak yang lain daripada
makhluk hidup lainnya, seperti berfikir, rela berkorban dan nilai-nilai abstrak
lainnya yang kesemuanya itu berangkat dari akal budi, kegiatan yang disengaja,
konsekuensi dari kebebasan manusia. Kehendak yang belakangan inilah yang dapat
dipertanggunggungjawabkan manusia dan mempunyai kualitas nilai baik atau buruk.
Dasar etika Aquinas ialah memadukan teologi
alamiah (iman-wahyu) dan akal ilmiah (akal-indrera) dengan sebuah prinsip
“Lakukanlah yang baik, janganlah melakukan yang jahat” Perbuatan baik mengarah
kepada Tuhan, Perbuatan buruk menjauhkan dari Tuhan. Etika kodrat berarti
manusia menaati kodratnya yang berasal dari Tuhan.(Yusuf Zainal)
[1] Skolastik berasal dari kata latin ‘Scholasticus’ yang berarti guru. Karena
pada masa ini filsafat diajarkan di sekolah-sekolah atau
universitas-universitas. Ciri khas filsafat ini ialah melekat dengan teologi
kristiani dan dianggap bagian integral agama.
No comments:
Post a Comment