Filsuf Susanne K. Langer merumuskan seni
sebagai penciptaan bentuk yang menyimbolkan gejolak perasaan manusia.
Contohnya, ungkapan dalam simbol, mengekspresikan manusia melalui abstraksi. Setiap
seni menyimbolkan dengan caranya sendiri imajinasi manusia. Musik menyimbolkan
perasaan manusia, seni lukis menyimbolkan aneka jenis adegan, dan Sepakbola
menyimbolkan ekspresi, abstraksi dan imajinasi dari tim yang berlaga.
Filsuf R.G. Collingwood menulis dalam buku
"The Principles of Art","agar sesuatu menjadi karya seni,
sesuatu itu haruslah ekspresif dan imajinatif...." Ferguson
mendemonstrasikan salah satu aksioma estetika, bahwa seni berhubungan dengan
emosi. Pelatih asal Skotlandia itu memproklamasikan bahwa seni tidak bisa tidak
mencetuskan dan mengekspresikan emosi. Seni bukanlah "craft". Seni
dalam bola adalah ekspresi emosi. Lantas tim manakah yang akan berjaya ? yang
mengetahui dan mampraktekkan emosi dalam bahasa. Apakah estetika dapat menjawab
‘teka teki silang’ hasil sebuah pertandingan sepakbola ? Seni dalam sepakbola
merupakan untaian bahasa. Apa itu estetika yang membalut komunikasi. Komunikasi
memuat tiga macam seleksi, yakni informasi (information), penyampaian
(Mitteilung) dan pemahaman (Verstehen). Sesuatu itu disebut indah berarti ada
upaya menghargai dan memuji. Dalam sepakbola keindahan terciptanya gol,
keindahan skema permainan, keindahan strategi beserta tehnik tertentu dalam
upaya memenangkan permainan tentunya didasari oleh keindahan pemikiran dibalik
itu semua.
Personifikasinya
merujuk Laga laga sepakbola membombardir potret ekspresi manusia.
“Sebenarnya,
sepakbola itu miniatur tentang filsafat hidup“, Sebuah permainan dimainkan
bukan karena ia masuk akal atau tidak masuk akal. Bukan karena ia bisa dipahami
atau tidak bisa dipahami. Permainan dimainkan, dan dinikmati, karena ia sebuah
permainan.”
Estetika
adalah sebuah penilaian tentang keindahan, aspek teknis dalam membentuk sebuah
karya, sebuah persepsi yang melibatkan fenomena indrawi dan emosional. Rumusan
keindahan seni rupa pada visualisasi, musik pada auditori, puisi pada aspek
bait dan rima dan lain sebagainya. Secara sosiologis keindahan juga dikaitkan
dengan daya tarik masyarakat, secara hukum, estetis berarti soal keharmonisan
norma dan ketaatan terhadapnya; Lantas bagaimana dengan sepakbola ?
Sepakbola,
ya olahraga ini mengambil animo bagian besar dari penduduk bumi. Kita bisa
lihat setiap event besar ajang sepakbola panas-dingin emosional masyarakat
hingga hubungan internasional dibalut si kulit bundar ini. Para politisi pun
tak jarang menjadikan ini sebagai misi kenagaraan. Mussolini contohnya,
pemimpin fasis Italia ini mengupayakan segala cara pengaruhnya demi kejayaan
negeri pissa ini pada piala dunia 1934 dan 1938. Banyak lagi cerita yang lain,
namun tulisan ini bukan membedah politisasi sepakbola.
Hidup
seperti bermain bola. Kita perebutkan kita tendang. Lalu kembali kita kejar,
dan seterusnya. Demikian sebuah pengandaian hidup dalam Geguritan dharmapada.
Menurut
Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.
Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang
merupakan hasil chatarsis disertai
dengan estetika. Chatarsis adalah
pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu
disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan
yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru
dari apa yang ada di dalam kenyataan, bersambung (Yusuf Zainal)
No comments:
Post a Comment