Hari ini tanggal 20 Jumadil Tsani adalah
hari kelahiran Sayidah Fathimah az-Zahra as. Putri Rasulullah Saw yang disebut
oleh Allah Swt sebagai kebaikan yang banyak atau al-Kautsar. Beliau lahir dan
dibesarkan oleh ayahnya, Rasulullah Saw untuk kemudian mendidik generasi suci
dan terpilih. Sayidah Fathimah as berhasil mengantarkan ruh perempuan ke puncak
kesempurnaan dan itu adalah keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan kemurkaan
Allah ada pada kemurkaannya.
Perempuan
yang disebut dalam al-Quran memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Tapi Sayidah
Fathimah as seorang diri memiliki semua kelebihan itu. Beliau sama seperti
Sayidah Maryam yang sucidan disucikan dan seperti Sayidah Hajar sebagai simbol
ketegaran dan tawakal. Bukan saja seluruh kelebihan ini telah berkumpul pada
diri Sayidah Fathimah, tapi beliau sendiri merupakan salah satu penduduk bumi
terbaik. Dari sini, derajat dan ciri khas kepribadian Sayidah Fathimah as harus
dicari dalam ayat-ayat al-Quran dan sabda Rasulullah Saw.
Ketika
Rasulullah Saw kehilangan dua putranya yang bernama Abdullah dan Qasim, mereka
yang membenci beliau mulai mengata-ngatai beliau sebagai orang yang
"Abtar" atau orang yang tidak memiliki keturunan. Di masa itu,
menyusul kelahiran Sayidah Fathimah as, Allah Swt menurunkan surat al-Kautsar
dan merupakan kabar gembira tertinggi yang pernah disampaikan kepada beliau.
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar." (QS.
al-Kautsar: 1)
Kata Kautsar berasal dari akar katsrah yang
berarti banyak dan maksud dari Kautsar adalah kebaikan yang banyak. Yakni,
wahai Nabi Saw, Kami memberikan kepadamu seorang putri yang menjadi sumber
kebaikan. Kami akan memberimu seorang putri yang bila semua keutamaan manusia
ditampilkan utuh dalam bentuk manusia, maka itu adalah Fathimah az-Zahra as.
Kelanjutan dari ayat ini Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, "Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu dialah yang terputus." (QS. al-Kautsar: 2-3)
Imam Fakr ar-Razi saat menafsirkan surat
al-Kautsar menulis, "Kautsar memiliki delapan makna dan kesemua makna itu
tentang Sayidah Fathimah az-Zahra." Setelah itu ia menyinggung sejumlah
Imam Maksum as dari keturunan Fathimah as dan menyebut keberadaan mereka
sebagai dalil atas kebaikan yang banyak dari perempuan besar ini. Iya,
bagaimana Fathimah Zahra as tidak menjadi kebaikan yang banyak, sementara
ribuan sungai yang jernih bersumber dari mata air hidayah ini. Diturunkannya
surat al-Kautsar dan pentakbiran yang tinggi semacam ini tentang Fathimah
az-Zahra as, itupun di masa Jahiliah dimana perempuan tidak memiliki hak
sedikitpun, menunjukkan posisi insaniah perempuan dalam agama Islam. Keberadaan
yang menjadi sumber kebaikan dan berkah dalam sejarah umat manusia.
Ayat Tathir, ayat 33 surat al-Ahzab,
merupakan satu lagi dari ayat-ayat tentang Sayidah Fathimah az-Zahra as. Dalam
ayat ini disebutkan, "... Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. Menurut mayoritas ulama Ahli Sunnah dan seluruh ulama
Syiah, ayat ini diturunkan khusus untuk Ahli Bait Rasulullah Saw. Ketika ayat
Tathir diturunkan, Rasulullah Saw memanggil Fathimah, Ali, Hasan dan Husein as
dan menutupi mereka dengan jubahnya dan berkata, "Ya Allah! Mereka adalah
Ahli Baitku dan sucikan mereka dari segala dosa."
Imam
Fakr ar-Razi dalam Tafsir Kabir, Suyuthi dalam ad-Durr al-Mantsur dan Imam
Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Ahli Bait dalam ayat ini
adalah Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as. Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw
mengatakan, "Ayat Tathir diturunkan di rumahku. Pada waktu itu Fathimah,
Ali, Hasan dan Husein juga berada di sana. Kemudian Rasulullah Saw melepaskan
jubahnya dan menutupi mereka lalu berkata, "Ya Allah! Mereka ini adalah
Ahli Baitku. Hilangkan kotoran dan keburukan dari mereka serta sucikan
mereka."
Mengenai Fathimah az-Zahra as juga dipakai
pentakbiran seperti Lailatul Qadr. Biasanya tidak banyak orang yang dapat
menemukan hakikat Lailatul Qadr, tapi bila ada orang yang menemukannya, sesuai
dengan kadarnya, maka sekadar yang didapatkannya dapat mengubah jalan hidupnya.
Orang akan semakin dekat kepada Allah Swt. Sayidah Fathimah az-Zahra as juga
demikian. Yakni, mungkin saja ada orang atau masyarakat yang menyatakan
cintanya kepada Fathimah as, tapi ia tidak menemukan hakikatnya, kecuali
memahami hal-hal lahiriah dari keberadaan beliau. Mengetahui kehidupan dan
pelbagai dimensi hakiki beliau serta mengamalkannya dapat mengubah jalan
kehidupan dan nasib manusia.
Begitu
juga dengan Lailatul Qadr yang menjadi malam diturunkannya berkah dan
nilai-nilai. Sayidah Fathimah as yang merupakan kebaikan yang banyak bagi Nabi
Saw juga tempat diturunkan dan sumber keutamaan, berkah, nilai dan kemuliaan.
Selain itu, Lailatul Qadr merupakan waktu berkumpulnya malaikat dan di saat ini
juga berkah alam malakut semakin banyak dan siapa yang dapat memanfaatkannya
akan mendapat kebaikan yang banyak. Siapa yanglebih dekat kepada Sayidah
Fathimah as dan memanfaatkan wujudnya bakal mendapat keutamaan dan mengamalkan
sifat-sifat malaikat, sehingga dirinya lebih dekat dengan alam malaikat dan
kesucian.
Allah Swt dalam ayat 61 surat Ali Imran
berfirman, "Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu
(yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), ‘Marilah kita memanggil
anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri
kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita
minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."
Ayat ini diturunkan terkait peristiwa
Mubahalah antara Nabi Muhammad Saw dan Kristen Najran. Dalam peristiwa ini,
setelah perwakilan warga Kristen Najran tetap tidak beriman di hadapan
argumentasi kuat Nabi Saw, disepakati dilakukan Mubahalah dan laknat Allah akan
dijatuhkan kepada pihak yang batil. Ketika Kristen Najran menyaksikan Nabi Saw
hanya membawa Fathimah, Ali, Hasan dan Husein as, ke tempat yang telah
ditentukan untuk bermubahalah, mereka mulai dihinggapi ketakutan diturunkannya
laknatkepada mereka. Akhirnya, mereka membatalkan Mubahalah. Peristiwa ini
dinukil lewat hadis-hadis mutawatir dan masyhur antara Syiah dan Sunni, bahkan
mendekat ijma.
Dalam ayat Mubahalah, kata
"istri-istri kami" terbatas hanya kepada Sayidah Fathimah az-Zahra
as, sekalipun digunakan dalam bentuk plural. Padahal banyak tokoh perempuan
agung lainnya di masa itu, tapi tidak satupun yang diajak untuk bermubahalah.
Karena bermubahalah dengan Kristen Najran bukan satu peristiwa biasa. Oleh
karenanya, hanya orang-orang maksum dan layak yang dibawa serta oleh Rasulullah
Saw. Peristiwa Mubahalah merupakan bagian sejarah Islam yang sangat penting dan
tentu saja hadir dalam peristiwa ini membutuhkan keimanan yang luar biasa. Nabi
Muhammad Saw hanya memilih Sayidah Fathimah as dari seluruh perempuan muslimah
yang ada. Karena beliau berada pada posisi umat dari kalangan perempuan.
Dalam surat al-Insan Allah menjelaskan
orang-orang yang baik dengan firman-Nya, "(yaitu) mata air (dalam surga) yang
daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan
sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya
merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. al-Insan:
6-9)
Ayat-ayat ini diturunkan mengenai keluarga
putri Rasulullah Saw. Pada waktu itu, Hasan dan Husein as dalam kondisi sakit.
Sayidah Fathimah dan Imam Ali as kemudian bernazar untuk berpuasa selama tiga
hari bila kedua anak mereka sembuh. Ketika keduanya sembuh, Sayidah Fathimah
dan Imam Ali as diikuti kedua anak mereka harus melaksanakan nazar mereka untuk
berpuasa selama tiga hari. Namun dalam tiga hari berpuasa itu, setiap harinya
ada orang yang datang mulai dari orang miskin, anak yatim dan tawanan yang
meminta makan. Akhirnya, selama tiga hari itu pula, makanan untuk berbuka
mereka diberikan kepada tiga orang itu. Sebagai bentuk penghargaan atas
perbuatan mereka, ayat-ayat surat al-Insan ini diturunkan oleh Allah Swt. (IRIB
Indonesia)
No comments:
Post a Comment