Antonio conte, Pelatih Juventus
mengeluarkan komentar paska kekalahan timnya dari Bayern munich dikedua leg
Liga champions, bahwa tim-tim Italia belum layak memenangi turnamen itu seperti
beberapa klub besar Eropa lainnya, salah satu kendalanya ialah keterbatasan
dana untuk mendatangkan pemain-pemain bintang , jika dana sebesar 40 juta euro
biasa dikeluarkan klub-klub liga Inggris, Spanyol dan Jerman dan kini juga PSG
dari Perancis untuk memboyong seorang pemain saja, maka dana sebesar itu biasanya
digunakan klub-klub Italia mendatangkan empat sampai lima orang pemain.
Sehingga kekuatan finansialpun berimplikasi pada kualitas permainan. Penilaian
Conte ini apakah sekedar alibi ? pastinya menunjukan pandangannya bahwa
kekalahan juve adalah kekalahan level layaknya diarifi ketimbang disesali.
Benarkah demikian ?
Penulisan ini tidak untuk menjudge conte atau orang-orang yang
mengamini pernyataannya. Yang pasti Bayern memang tampil luar biasa superior,
seolah tidak memberi cara bagi Juve mengembangkan permainan, apakah ini bukti
konkrit dari kualitas ?! Bagaimana kualitas sepakbola sebenarnya dilihat ?
Menurut hemat penulis kualitas sebuah tim
sepakbola tidak hanya mengandalkan skill individu semata melainkan penggabungan
antara ‘doktrin’ pelath yakni karakter dasar permainan tim, koherensi antar
pemain maupun mentalitas dan pengalaman tim secara keseluruhan (performance),
‘postur’ alias kemampuan pemain memeragakan sepakbola, semua itu masih ditambah
dengan ‘strategi’ atau pola permainan yang disiapkan pelatih khusus untuk
pertandingan saat itu dimana pembacaan skema permainan maupun kejelian pelatih
sangat menentukan disini. Jadi kuncinya ialah mensinkronkan doktrin-postur dan
strategi maka sebuah kesebelasan layak memenangi sebuah pertandingan,....eits
tunggu dulu ada faktor x yang tidak boleh dilupakan yaitu “keberuntungan”.
Faktor inilah yang menjadikan sepakbola selalu menarik tidak dapat dipredikasi
secara pasti. Sebagian menyebutnya nilai estetis sepakbola.
Sekarang mari kita analisis laga Juve vs
Bayern, dalam kedua laga yang dimenangi Bayern aggregat 4-0, tampak jelas
terlihat determinasi Fc Hollywood, parameter
ball passession dan shoot on goal
bisa dijadikan ukuran. Permainan Juve nyaris kehilangan irama sampai-sampai
tidak membuat peluang bagus. Menilik realitas ini timbul pertanyaan, apakah
optimisme Juve, raksasa seriA Italia sebelum laga hanyalah omongkosong belaka ?
ataukah sekedar penyemangat bagi suporter demi motif-motif ekonomi ? ataukah
optimisme mencari asa keberuntungan semata dan bukannya sikap jumawa jawara
seriA musim lalu tanpa terkalahkan dan tim yang belum terkalahkan di Liga champions
? jika bukan semua itu maka kemungkinan lainnya ialah antiklimaks, ya
antiklimaks justru yang bisa dimajukan !!
Penulis tidak ingin membahas hal-hal diluar
permainan, bagaimanapun kebijakan transfer pemain memberikan pengaruh, klub
yang memiliki finansial kuat dapat mengejar kesuksesan instan, tapi secara
lebih spesifik pabila kedua tim bertemu maka unsur aksi dilapangan-lah yang
paling menentukan, dus Juve dan
Bayern keduanya adalah tim besar yang notabene merajai kompetisi masing-masing
plus akar historis di sepakbola Eropa. Sekelumit catatan, Juve adalah jawara
seri A musim lalu tanpa terkalahkan dan musim ini tengah memimpin klasemen seri
A adapun Bayern menjadi runner Bundesliga dua musim beruntun, finalis Liga
champion musim lalu dan musim ini paling fenomenal mereka telah memastikan
gelar mesti liga masih menyisakan 6 pertandingan. Juve sudah 2 kali menjuarai
Liga champions dan Bayern 4 kali. Ada fakta menarik yang patut dicermati oleh
juventus, klub berjuluk ‘nyonya tua’ ini sudah lama belum pernah menjuarai
turnamen durasinya pun lebih dari satu dasawarsa, 15 tahun, dalam hal ini Coppa
Italia dan Liga champions, suatu yang ironis bagi tim sebesar Juve ! Terakhir kali Juve merengkuh gelar di
turnamen ‘sudden death’ ialah setelah
menaklukan Ajax Amsterdam lewat adu penalti pada final Liga champions edisi
1995-1996. Jelas ini sebuah ‘pr’ besar bagi skuad bianconerri dan conte, bagaimana mengembalikan moral performance
tim mempertahankan konsistensi seperti di Seri A khususnya ketika menghadapi
laga-laga sudden death. (Yusuf Zainal)
No comments:
Post a Comment