Syirik
sebagai suatu dosa terbesar dalam agama tidak dapat dipahami secara gradual
apalagi dikotomi vis an sich melainkan penyusupan total dalam semua sendi
relung kehidupan. Syirik besar merupakan syirik yang jelas dan terbuka jika
seorang makhluk merasa menjadi hamba (abdi Tuhan) namun disaat yang sama juga
menjadi hamba dari selain Tuhan, sejatinya dengan kondisi demikian sama saja
dengan menolak Tuhan karena syirik menolak keesaan Tuhan yang berarti menafikan
kekuasaanNya.
Dimasa
kini tidak sulit untuk menemukan pelaku syirik besar tetapi tidak demikian
dengan syirik kecil, sang pelaku seolah-olah beriman dan mengakui keesaan Tuhan
namun tanpa disadarinya ia telah melakukan syirik, ia memang tidak memberikan
loyalitasnya kepada selain Tuhan, walau demikian tanpa disadarinya terselip
ke”tuhan”an pada hal-hal yang lain yang justru membuatnya semakin jauh dari
Tuhan.
Kecintaan
pada dunia dan hawa nafsu insaniyah menjadi faktor yang melalaikan manusia dari
penyatuan. Tuhan menghendaki penyatuan karena keesaan adalah diriNya disisi
lain manusia berjuang demi memurnikan ketaatannya hanya kepada Tuhan. Seringkali
manusia diperdayakan oleh panjangnya
angan-angan, hawa nafsu (indrawi) yang terus mengejar, akal pikiran dan hati
nurani yang dideterminasi alam bawah sadar yang berorientasi inderawi maupun
kesan-kesan semu, misal kebanggaan diri, pemuja harta, kedudukan,
kebergantungan pada selain Tuhan.
Meski
dengan akalnya manusia menyadari bahwa ia akan menuju kepada kefanaan[1],
hati nurani yang selalu menuntun manusia mencapai nilai–nilai spiritual, misal
kesenangan dalam berbuat baik, pengorbanan, cinta kasih sesama, dlsb, manusia dalam ketidakberdayaan
menghadapi pusaran material duniawi baik yang terang maupun berselubung ukhrawi
yang semuanya menempatkan kebahagiaan sebagai pemenuhan ego manusia
bagaimanapun caranya. Orientasi seorang manusia hendaklah menjalankan fungsi
kemakhlukannya dengan berperan sebagai hamba
Tuhan
jika tidak maka kemanusiaannya tidak bergerak dari sekedar makhluk
biasa. (Yusuf Zainal)
No comments:
Post a Comment