Saturday, September 10, 2011

Hikmah Ramayana

Epos Ramayana adalah salah satu warisan peradaban dunia.Bersama Mahabharata, keduanya adalah bagian dari mitologi India dan tradisi Hindu.Kisah besar ini bukanlah sekedar sejarah atau biografi, bahkan pujangga besar yang menulisnya juga tidak mengarang sendiri.Mereka hanya merangkai jalinan-jalinan memori masyarakat yang sarat nilai kehidupan, spritualitas, budaya yang berasaskan pada semangat para pendahulu yang menginginkan kebaikan ketimbang kesenangan yang semu karena mereka dapat melihat lebih banyak misteri kehidupan.

Sebagaimana pentingnya mitologi Yunani bagi peradaban Eropa, kitab suci Qur’an bagi masyarakat muslim, Al Kitab bagi masyarakat Yahudi dan Kristen.Tanpa memahami Ramayana dan juga Mahabharata, kita tidak akan bisa memahami struktur peradaban dan sosial bangsa India, salah satu peradaban terbesar dan tertua dunia.
Setiap kebudayaan besar dan agama membutuhkan mitologi, disinilah Ramayana dan Mahabharata menempati posisi yang tinggi yakni sebagai elemen mitologi disamping falsafah dan ritual, orang tidak mengenal dharma Hindu tanpa mengenal Rama, Shinta, Hanoman, Rahwana, Kumbakarna, Pandawa, Krisna maupun Kurawa.Semua itulah yang melestarikan cita rasa agama dan bangsa terlebih demi fondasi spiritual yang stabil mencerahkan kehidupan.

Kisah Ramayana dimulai dengan kunjungan Resi Batara Narada ke asrama Walmiki di suatu pagi.Setelah memberikan salam, Walmiki bertanya,”Batara yang tahu segalanya, siapakah pahlawan dunia yang paling berbudi luhur dan bijaksana ?”

Dengan kekuatan supranatural, Narada tahu alasan Walmiki menanyakan pertanyaan itu.Ia pun menjawab, “Ia dilahirkan dalam dinasti titisan Batara Surya.Sekarang, ia menjadi penguasa Ayodya.” Kemudian Resi Narada menceritakan kisah Rama pada Walmiki.Walmiki amat terkesan dengan ceritanya sehingga ia terus merenungkan cerita itu.

Di suatu saat ketika Walmiki pergi ke sungai Tamasa untuk membersihkan diri guna melakukan sembahyang pagi, di pinggiran sungai ia melihat sepasang burung yang sedang bermain asmara sambil berkicau indah.Tiba-tiba, si burung jantan tumbang ke tanah setelah panah pemburu mengenainya.Akhirnya sang burung betina pergi dengan menangis pilu.

Menyaksikan semua itu, Walmiki mengutuk dengan keras sang pemburu,”Hai pemburu karena kau telah membunuh burung yang sedang berasmara, maka kau akan mengembara tanpa rumah sepanjang hidupmu.”

Tak lama kemudian amarah sang Resi mereda, ia pun menyesal telah terbawa amarah,”Apa hakku mengutuk pemburu itu ? mengapa aku biarkan diriku dikendalikan emosi ? ”

Ketika merenungkan kutukannya, sang resi menyadari keindahan irama kutukan itu.Ia menyadari bahwa rasa kasihan (soka) yang melandanya telah berbuah sloka (syair) yang sangat indah.Resi kemudian berpikir bahwa semua ini adalah bagian dari rencana dewata yang misterius.

Ketika sang Resi Walmiki bermeditasi meminta petunjuk, maka ia berjumpa Dewa Brahma yang bermuka empat.Brahma berkata,”Jangan takut.Semua itu terjadi supaya engkau menulis kisah Rama.Kedukaan (soka) melahirkan syair (sloka).Engkau haruss menulis kisah itu dengan birama dan irama seperti itu.Aku akan memberimu penampakan untuk melihat mereka sejelas engakau melihat apa yang ada di telapak tanganmu.Dan, dengan restuku, engkau mendaraskan syair ini demi kebaikan seluruh dunia.”

Walmiki beserta murid-muridnya kemudian mendaraskan Ramayana, sebagaimana yang digariskan Brahma,”Selama gunung-gemunung tetap berdiri tegak dan sungai-sungai mengalir.Ramayana akan terus dikisahkan demi menegakkan dharma menyelamatkan manusia dari dosa.” (yusuf zainal)