Sunday, January 13, 2013

Jinyologi



Jinyologi atau ilmu seputar novel-novel Jinyong, tokoh-tokohnya, alur cerita, tempat menarik dan serba jinyong pokoknya. Istilah ini digunakan sekelompok cersilers ketika mereka mengklasifikasikan sejumlah novel-novel. Banyak penggemar jinyong yang menyusun berdasarkan beberapa kategori, misal tokoh -tokoh wanita cantik, pendekar-pendekar, orang hebat, wanita menarik, dan sebagainya.
Novel jinyong bermuatan karya sejarah, kaya dengan khazanah ilmu, kebudayaan Tiongkok pada umumnya dan sedikit Asia Timur. Kreasi jinyong hebatnya memperhatikan banyak unsur sehingga tidak membosankan layaknya menulis ulang sejarah ataupun malah mempermainkan sejarah seenaknya. Jinyong amat memperhatikan logika pada setiap kejadian, berkreasi dengan sejumlah tokoh fiktif yang justru menjembatani fakta sebagai pembungkus novelnya. Hal ini seolah-olah ia telah menulis legenda, padahal legenda merupakan cerita turun-temurun yang diyakini oleh suatu masyarakat, jadinya bukan hasil karangan satu orang. 
Dunia fakta dan fiksi bertemu dalam novel Jinyong, saya akan ambil contoh, dalam cerita Pangeran Menjangan Wei Xiaubo (Wi Siaupo) yang berteman dekat dengan Kaisar Konghi dari dinasti Qing (Manchu), ia mendapatkan banyak anugerah-pangkat, bahkan diutus menjadi negosiator masalah perbatasan kerajaan Qing dengan kekaisaran Russia, disaat itu Wei Xiaubo diceritakan sebagai orang yang paling berpengaruh dalam hal itu-tentu saja karena kedekatannya dengan kaisar- namun jangan lupa dalam perundingan dengan Russia, masih ada pejabat dinasti Qing yang memangku jabatan formal (sekelas menteri) dan ini merupakan tokoh nyata dalam sejarah. Jadi jika ia menulis Wei Xiaubo beristri 6, 7 bahkan 9 hal ini masih dalam batas cerita fiksi yang sah-sah saja, tapi jika ia menulis Wei Xiaubo memimpin perang dengan Russia, nah ini kebablasan namanya. Dalam contoh lain seperti kasus kematian RajaMongko dalam Kembalinya Pendekar Rajawali, ia terkena sentilan bunga persik dari Yang Guo (Yoko) yang mengejarnya dalam babak akhir peperangan di Xiangyang, serupa dengan kisah nyata, Raja Mongko mangkat di Xiangyang hanya saja tidak diketahui pasti apakah sebab kecelakaan atau dibunuh, apa ia terantuk atau dilempar batu. Jinyong pastinya tahu betul pentingnya semua hal ini.
Seringkali kita membaca sebuah novel baik novel sejarah maupun mencuplik peristiwa kesejarahan, tapi ironisnya penulis novel itu tidak mengingat betul nama-nama tempat maupun jarak, nama-nama tokoh sejarah tidak jelas bahkan simpang siur dengan tokoh lain-Yang saya maksud disini fakta-fakta sejarah umum bukan tafsiran sejarah yang bisa berbeda- seseorang tidak mungkin memalsukan perang antara kedua negeri, bencana alam yang menimpa ataupun penguasa yang berkuasa dalam sebuah wilayah tertentu karena dengan demikian jelaslah sebuah novel yang menyimpang dari pakem ini hanyalah memaksakan menulis sejarah padahal tidak ada sejarahnya dan untuk semua itulah saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Jinyong. Salah satu diantara sedikit penulis yang mampu meramu fakta dan fiksi dengan baik.
Sebagai catatan, yang saya apresiasikan dari novel jinyong tidak termasuk pada adaptasinya baik film maupun serial Tv. Adaptasi hanyalah sebuah upaya menafsirkan karya novel dan bukan ukuran untuk menilai yang pas, bahkan dalam beberapa hal justru terjadi penyingkatan yang mengurangi ‘greget’ roh khas dari Jinyong apalagi pengelaborasian yang tidak perlu, di mana yang terakhir ini  membuat ‘blur’ . Sekali lagi, sumber penilaian adalah karya Jinyong sendiri, yang otentik bukan yang dinisbatkan kepadanya.
Dalam kaitan ini, mengapresiasikan kegemaran saya, saya bermaksud menyusun daftar-daftar Jinyologi per-kategori :
1. Novel terbaik
2. 15 wanita tercantik
3. 15 pendekar terhebat
(tulisan ini akan terus di update)