Plato (427-347 bc), salah seorang filsuf terbesar yang
banyak mempengaruhi filsafat setelahnya. Baik dunia barat maupun timur tidak
terkecuali teolog-teolog agama besar, saintis dan politikus praktis. Alfred
North Whitehead, filsuf modern, bahkan mengatakan bahwa semua pemikiran falsafi
yang ada bak catatan kaki dari pemikiran Plato.
Plato sangat banyak meninggalkan karya
tulis dan hampir semuanya bernuansa dialog, eksposisi, pengembangan dan
pengujian kritik muncul dalam percakapan. Mungkin Plato pewaris tradisi lisan
yang konsisten menulis atau penulis yang lisan sentris. Pengungkapan pendapat
bersumber dari pemikiran yang ‘hanya’ terjadi dalam sebuah ekspresi. Penulis
menilai filsafat Plato sebagai filsafat ekspresif dalam artian tulisan yang
hidup. Abstraksi ide yang lahir bilamana dibayangkan atau dihadapi memenuhi
persyaratan dalam situasi konkrit.
Perumpamaan tentang gua ditemukan dalam
buku Plato “Politeia” (negeri). Perumpamaan ini merupakan kunci dari filsafat
Plato, “Bayangkanlah ada sebuah gua; didalamnya ada tahanan yang tidak dapat
memutarkan badan, duduk, menghadap tembok belakang gua, mereka sudah berada di
sana seumur hidup dan tidak bisa melihat kemana-mana selain kedepan saja dan
satu-satunya yang dapat mereka lihat adalah bayang-bayangan orang di dinding
belakang gua karena pantulan api besar di depan pintu masuk, yang mereka dengar
adalah suara-suara yang menggema di dalam gua.
Pada salah satu hari, salah seorang tawanan
berusaha melepaskan diri dari ikatan-ikatannya. Hal pertama yang ingin
diketahuinya adalah darimana asal semua bayang-bayang ini. Awal mulanya ia
hanya melihat bayangannya sendiri, lama kelamaan ia melihat api. Ia tambah
terpesona dan keluar dari gua, melihat dunia luar, orang lalu lalang,
warna-warni dan alam. Penghuni gua ini bertanya pada dirinya sendiri dari mana
asal semua yang ada ini, ia juga membandingkannya dengan bayang-bayang dalam
gua.
Penghuni gua ini kegirangan karena
kebebasan yang baru saja diperolehnya, ia teringat pada teman-temannya yang masih
berada (terkurung) di gua. Lalu ia kembali untuk memberitahukan kabar gembira
tentang pengetahuan (realitas) yang baru ia temukan. Ia juga meyakinkan
teman-temannya bahwa ‘benda-benda’ di gua bukanlah realitas sebenarnya
melainkan hanya bayangan fatamorgana dan bahwa mereka terkurung di dalam gua.
Namun, apa yang terjadi, semua penghuni gua
itu menyangkalnya, menuduhnya mengada-ada, bahkan mereka membunuhnya karena
mengacaukan pendirian mereka.”
Agen Judi Bola Online
ReplyDeleteAgen Judi Casino Online
Agen Judi Sabung Ayam Online
Agen Judi Bola Tangkas Online
CIN ( CREATIVE INFORMATION NETWORK )