Thursday, May 2, 2013

Keutamaan Sayyidah Zahra as

   Hari ini tanggal 20 Jumadil Tsani adalah hari kelahiran Sayidah Fathimah az-Zahra as. Putri Rasulullah Saw yang disebut oleh Allah Swt sebagai kebaikan yang banyak atau al-Kautsar. Beliau lahir dan dibesarkan oleh ayahnya, Rasulullah Saw untuk kemudian mendidik generasi suci dan terpilih. Sayidah Fathimah as berhasil mengantarkan ruh perempuan ke puncak kesempurnaan dan itu adalah keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaannya.
            Perempuan yang disebut dalam al-Quran memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Tapi Sayidah Fathimah as seorang diri memiliki semua kelebihan itu. Beliau sama seperti Sayidah Maryam yang sucidan disucikan dan seperti Sayidah Hajar sebagai simbol ketegaran dan tawakal. Bukan saja seluruh kelebihan ini telah berkumpul pada diri Sayidah Fathimah, tapi beliau sendiri merupakan salah satu penduduk bumi terbaik. Dari sini, derajat dan ciri khas kepribadian Sayidah Fathimah as harus dicari dalam ayat-ayat al-Quran dan sabda Rasulullah Saw.
            Ketika Rasulullah Saw kehilangan dua putranya yang bernama Abdullah dan Qasim, mereka yang membenci beliau mulai mengata-ngatai beliau sebagai orang yang "Abtar" atau orang yang tidak memiliki keturunan. Di masa itu, menyusul kelahiran Sayidah Fathimah as, Allah Swt menurunkan surat al-Kautsar dan merupakan kabar gembira tertinggi yang pernah disampaikan kepada beliau. "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar." (QS. al-Kautsar: 1)
Kata Kautsar berasal dari akar katsrah yang berarti banyak dan maksud dari Kautsar adalah kebaikan yang banyak. Yakni, wahai Nabi Saw, Kami memberikan kepadamu seorang putri yang menjadi sumber kebaikan. Kami akan memberimu seorang putri yang bila semua keutamaan manusia ditampilkan utuh dalam bentuk manusia, maka itu adalah Fathimah az-Zahra as. Kelanjutan dari ayat ini Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus." (QS. al-Kautsar: 2-3)
Imam Fakr ar-Razi saat menafsirkan surat al-Kautsar menulis, "Kautsar memiliki delapan makna dan kesemua makna itu tentang Sayidah Fathimah az-Zahra." Setelah itu ia menyinggung sejumlah Imam Maksum as dari keturunan Fathimah as dan menyebut keberadaan mereka sebagai dalil atas kebaikan yang banyak dari perempuan besar ini. Iya, bagaimana Fathimah Zahra as tidak menjadi kebaikan yang banyak, sementara ribuan sungai yang jernih bersumber dari mata air hidayah ini. Diturunkannya surat al-Kautsar dan pentakbiran yang tinggi semacam ini tentang Fathimah az-Zahra as, itupun di masa Jahiliah dimana perempuan tidak memiliki hak sedikitpun, menunjukkan posisi insaniah perempuan dalam agama Islam. Keberadaan yang menjadi sumber kebaikan dan berkah dalam sejarah umat manusia.
Ayat Tathir, ayat 33 surat al-Ahzab, merupakan satu lagi dari ayat-ayat tentang Sayidah Fathimah az-Zahra as. Dalam ayat ini disebutkan, "... Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Menurut mayoritas ulama Ahli Sunnah dan seluruh ulama Syiah, ayat ini diturunkan khusus untuk Ahli Bait Rasulullah Saw. Ketika ayat Tathir diturunkan, Rasulullah Saw memanggil Fathimah, Ali, Hasan dan Husein as dan menutupi mereka dengan jubahnya dan berkata, "Ya Allah! Mereka adalah Ahli Baitku dan sucikan mereka dari segala dosa."
            Imam Fakr ar-Razi dalam Tafsir Kabir, Suyuthi dalam ad-Durr al-Mantsur dan Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Ahli Bait dalam ayat ini adalah Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as. Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw mengatakan, "Ayat Tathir diturunkan di rumahku. Pada waktu itu Fathimah, Ali, Hasan dan Husein juga berada di sana. Kemudian Rasulullah Saw melepaskan jubahnya dan menutupi mereka lalu berkata, "Ya Allah! Mereka ini adalah Ahli Baitku. Hilangkan kotoran dan keburukan dari mereka serta sucikan mereka."
 Mengenai Fathimah az-Zahra as juga dipakai pentakbiran seperti Lailatul Qadr. Biasanya tidak banyak orang yang dapat menemukan hakikat Lailatul Qadr, tapi bila ada orang yang menemukannya, sesuai dengan kadarnya, maka sekadar yang didapatkannya dapat mengubah jalan hidupnya. Orang akan semakin dekat kepada Allah Swt. Sayidah Fathimah az-Zahra as juga demikian. Yakni, mungkin saja ada orang atau masyarakat yang menyatakan cintanya kepada Fathimah as, tapi ia tidak menemukan hakikatnya, kecuali memahami hal-hal lahiriah dari keberadaan beliau. Mengetahui kehidupan dan pelbagai dimensi hakiki beliau serta mengamalkannya dapat mengubah jalan kehidupan dan nasib manusia.
            Begitu juga dengan Lailatul Qadr yang menjadi malam diturunkannya berkah dan nilai-nilai. Sayidah Fathimah as yang merupakan kebaikan yang banyak bagi Nabi Saw juga tempat diturunkan dan sumber keutamaan, berkah, nilai dan kemuliaan. Selain itu, Lailatul Qadr merupakan waktu berkumpulnya malaikat dan di saat ini juga berkah alam malakut semakin banyak dan siapa yang dapat memanfaatkannya akan mendapat kebaikan yang banyak. Siapa yanglebih dekat kepada Sayidah Fathimah as dan memanfaatkan wujudnya bakal mendapat keutamaan dan mengamalkan sifat-sifat malaikat, sehingga dirinya lebih dekat dengan alam malaikat dan kesucian.
Allah Swt dalam ayat 61 surat Ali Imran berfirman, "Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), ‘Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."
Ayat ini diturunkan terkait peristiwa Mubahalah antara Nabi Muhammad Saw dan Kristen Najran. Dalam peristiwa ini, setelah perwakilan warga Kristen Najran tetap tidak beriman di hadapan argumentasi kuat Nabi Saw, disepakati dilakukan Mubahalah dan laknat Allah akan dijatuhkan kepada pihak yang batil. Ketika Kristen Najran menyaksikan Nabi Saw hanya membawa Fathimah, Ali, Hasan dan Husein as, ke tempat yang telah ditentukan untuk bermubahalah, mereka mulai dihinggapi ketakutan diturunkannya laknatkepada mereka. Akhirnya, mereka membatalkan Mubahalah. Peristiwa ini dinukil lewat hadis-hadis mutawatir dan masyhur antara Syiah dan Sunni, bahkan mendekat ijma.
Dalam ayat Mubahalah, kata "istri-istri kami" terbatas hanya kepada Sayidah Fathimah az-Zahra as, sekalipun digunakan dalam bentuk plural. Padahal banyak tokoh perempuan agung lainnya di masa itu, tapi tidak satupun yang diajak untuk bermubahalah. Karena bermubahalah dengan Kristen Najran bukan satu peristiwa biasa. Oleh karenanya, hanya orang-orang maksum dan layak yang dibawa serta oleh Rasulullah Saw. Peristiwa Mubahalah merupakan bagian sejarah Islam yang sangat penting dan tentu saja hadir dalam peristiwa ini membutuhkan keimanan yang luar biasa. Nabi Muhammad Saw hanya memilih Sayidah Fathimah as dari seluruh perempuan muslimah yang ada. Karena beliau berada pada posisi umat dari kalangan perempuan.
Dalam surat al-Insan Allah menjelaskan orang-orang yang baik dengan firman-Nya, "(yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. al-Insan: 6-9)
Ayat-ayat ini diturunkan mengenai keluarga putri Rasulullah Saw. Pada waktu itu, Hasan dan Husein as dalam kondisi sakit. Sayidah Fathimah dan Imam Ali as kemudian bernazar untuk berpuasa selama tiga hari bila kedua anak mereka sembuh. Ketika keduanya sembuh, Sayidah Fathimah dan Imam Ali as diikuti kedua anak mereka harus melaksanakan nazar mereka untuk berpuasa selama tiga hari. Namun dalam tiga hari berpuasa itu, setiap harinya ada orang yang datang mulai dari orang miskin, anak yatim dan tawanan yang meminta makan. Akhirnya, selama tiga hari itu pula, makanan untuk berbuka mereka diberikan kepada tiga orang itu. Sebagai bentuk penghargaan atas perbuatan mereka, ayat-ayat surat al-Insan ini diturunkan oleh Allah Swt. (IRIB Indonesia)

No comments:

Post a Comment