Sunday, March 10, 2013

Etika Kodrat

Kodrat mengacu kepada realitas, struktur realitas, hakekat realitas yang ada, segenap makhluk yang ada mempunyai kodratnya masing-masing. Kegiatan dan pengembangan kodrat merupakan tujuan masing-masing makhluk.
Pemikiran etika kodrat dikaitkan dengan Thomas Aquinas (1225-1274) yang lahir di Roccasecca, Aquino, Kota kecil antara Roma dan Napoli. Ia seorang imam Katolik dan biarawan penganut Ordo Domonikan, Santo Domonikus yang mendapat pengajarannya di Napoli, kemudian ia juga belajar ke Paris, Prancis hingga Koeln, Jerman. Aquinas berada pada periode kejayaan Filsafat Teologi Skolastik[1] yang menempatkannya sebagai salah satu pemikir Kristen terpenting, tentunya disamping St Paul dan Agustinus.
Karya intelektual Aquinas sangat banyak, diantara yang populer ialah “Summa Theologiae”, “Summa Contra Gentilles”, dalam karyanya “Summa Theologiae”,  ia berusaha menjelaskan dengan lengkap hubungan manusia dengan Tuhan hanya dengan mengandalkan pada pemikiran filsafat tanpa bantuan “realistas” mistik atau “iman tanpa dukungan”. Aquinas menerima filsafat Aristoteles yang tanpa dimensi transenden, bersifat duniawi, analitis, inderawi, non metafisik, kemudian dicernanya, ditafsirkan dan dijelaskan sedemikian rupa sehingga tidak lagi terjadi konflik apalagi ancaman terhadap dogma-dogma Kristen. Ringkasnya dapat dikatakan bahwa Thomas Aquinas melakukan “Kristenisasi Arostotelian”
Dalam bidang etikanya, Aquinas yakin bahwa tujuan manusia adalah kebahagiaan (virtue), jika kebahagiaan menurut Aristoteles adalah renungan filsuf, maka Aquinas merumuskannya sebagai kontemplasi, kebahagiaan dalam memandang yang ilahi, nilai tertinggi yaitu Tuhan. Kontemplasi Aquinas tidak hanya mengarah kepada paham ‘euzen ‘ atau hidup yang baik tetapi tujuan yang terarah kepada Tuhan sebagai kepuasan tertinggi. Jadi dimaksudkan bahwa manusia baru mencapai tujuan hidupnya sesudah hidup ini.
Manusia dalam hal ini dibedakan dengan makhluk lainnya, karena mempunyai akal budi. Sehingga kehendak manusia dapat dibedakan menjadi aktivitas gerak, pertumbuhan , bernafas dan segala hal yang murni tanpa disengaja, dlsb, dimana hal yang ini terkait dengan determinan manusia sebagai makhluk hidup. Selain itu manusia memilki kehendak yang lain daripada makhluk hidup lainnya, seperti berfikir, rela berkorban dan nilai-nilai abstrak lainnya yang kesemuanya itu berangkat dari akal budi, kegiatan yang disengaja, konsekuensi dari kebebasan manusia. Kehendak yang belakangan inilah yang dapat dipertanggunggungjawabkan manusia dan mempunyai kualitas nilai baik atau buruk.
Dasar etika Aquinas ialah memadukan teologi alamiah (iman-wahyu) dan akal ilmiah (akal-indrera) dengan sebuah prinsip “Lakukanlah yang baik, janganlah melakukan yang jahat” Perbuatan baik mengarah kepada Tuhan, Perbuatan buruk menjauhkan dari Tuhan. Etika kodrat berarti manusia menaati kodratnya yang berasal dari Tuhan.(Yusuf Zainal)


[1] Skolastik berasal dari kata latin ‘Scholasticus’ yang berarti guru. Karena pada masa ini filsafat diajarkan di sekolah-sekolah atau universitas-universitas. Ciri khas filsafat ini ialah melekat dengan teologi kristiani dan dianggap bagian integral agama.

No comments:

Post a Comment